Social Icons

#WONOSOBO

WONOSOBO MERUPAKAN KOTA YANG TERLETAK DIKAWASAN PEGUNUNGAN YANG MEMPUNYAI HAWA SUHU YANG LEBIH TINGGI DARI KOTA YANG LAIN DI DAERAH JAWA TENGAH.

#PENDOPO WONOSOBO (KANTOR BUPATI)

INI ADALAH KANTOR BUPATI WONOSOBO YANG TERLETAK DI PUSAT KOTA (ALUN-ALUN WONOSOBO)

#WONOSOBO DENGAN KEINDAHAN ALAM YANG INDAH (TELAGA WARNA DIENG)

INI MERUPAKAN SUATU OBJEK WISATA YANG ADA DIWONOSOBO YANG SANGAT TERKENAL DAN SERING DIKUNJUNGI WISATA DARI BERBAGAI MANAPUN

#CANDI PANDHAWA

CANDI INI TERLETAK DIKAWASAN DATARAN DIENG WONOSOBO

#KEINDAHAN ALAM DIPEGUNUNGAN WONOSOBO

INI ADALAH SUATU KEINDAHAN PEGUNUNGAN YANG BERADA DIWONOSOBO

Budaya Wonosobo







Pulau Jawa merupakan daerah yang terkenal dengan berbagai tradisi dan budaya yang dimiliki masyarakatnya. Kebudayan menurut Harkovits adalah “bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia”. (Baheram, 2009 : 22). Dalam hal ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Poniran yang telah bersedia memberikan informasi mengenai tradisi ruwatan rambut gimbal di daerah Wonosobo, Jawa Tengah sehingga artikel ini dapat diselesaikan dengan baik.
Salah satu tradisi yang cukup menarik dalam adat Jawa adalah tradisi ruwatan rambut gimbal. Ruwatan merupakan suatu acara/tradisi yang dilakukan masyarakat untuk membebaskan orang/seorang anak dari nasib buruk. Dengan kata lain ruwatan disebut juga dengan buang sial. Dalam bahasa jawa kata gimbal diartikan bergumpal / menggulung. Anak-anak yang memiliki rambut gimbal dianggap bisa membawa musibah atau masalah dikemudian hari,. Mengapa demikian? Secara logika kita berfikir bahwa seorang anak yang memiliki rambut gimbal pada umumnya rambutnya sulit untuk dibersihkan. Sehingga, banyak kotoran yang menempel pada rambut tersebut. Dan jika ini dibiarkan dalam jangka lama, tentu akan menimbulkan bibit penyakit. 
Masyarakat percaya apabila anak tersebut hanya dicukur tanpa melakukan ruwatan, maka rambut tersebut akan tumbuh kembali dan kemungkinan anak bisa sakit-sakitan. Namun bila diruwat, anak tersebut justru dipercaya bisa mendatangkan rezki.
Fenomena rambut gimbal ini bermula dari kepercayaan masyarakat terhadap Kyai Kolodete sebagai perintis kabupaten Wonosobo, Jawa tengah. Dalam acara ruwatan pemintaan anak harus dipenuhi, jika tidak rambut gimbal tersebut akan tumbuh kembali. Acara ruwatan ini sendiri dilakukan setahun sekali dengan dilaksanakan secara pribadi atau secara masal (kelompok). Waktu upacara itu sendiri dilakukan berdasarkan weton (tanggal kelahiran sang anak) dan neptu (hari kelahiran anak).
Untuk megadakan acara ruwatan ini, diperlukan persiapan khusus, diantaranya adalah tempat upacara dan benda sesaji. Tempat pelaksanaan upacara ini biasanya dilakukan di Goa Semar. Namun saat ini, ruwatan juga bisa dilakukan dikediaman anak yang diruwat.
Sedangkan benda yang perlu dipersiapkan seperti, tumpeng putih yang dihiasi buah-buahan yang ditancapkan sebagai gambaran rambut gimbal (tumpeng dianggap kepala sedangkan untaian buah-buahan sebagai rambut gimbalnya), ingkung ayam (ayam besar utuh), jajanan pasar serta 15 jenis minuman ( kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih, susu, jawawut, dan sebagainya). Selain itu, ada juga gunting, mangkuk, dan air yang berisi bunga setaman, beras, 2 buah uang, payung dan permintaan anak yang diruwat. 
Dalam meruwat dukun harus memandikan anak tersebut terlebih dahulu. Biasanya airnya diperoleh dari tempat-tempat keramat, seperti goa sumur. 
Setelah berdoa dan kepala anak diasapi dengan kemenyan, selanjutnya sang dukun memotong rambut gimbal anak tersebut dengan sebelumnya memasukkan cincin yang dianggap magis ke tiap helai rambut gimbal lalu mecukurnya satu per satu. Rambut yang telah dicukur lalu dibungkus dengan kain putih lalu kemudian dilarung/ dihanyutkan di telaga warna atau disungai-sungai. Umumnya acara ini berlangsung selama 2 jam. 
Tradisi ini merupakan gambaran kepercayan masyarakat Jawa khususnya daerah Wonosobo, Jawa Tengah, terhadap rambut gimbal yang mereka anggap membawa sial. Sampai sekarang, tradisi seperti ini masih terus dilaksanakan. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong yang datang ke daerah tersebut. Mereka sangat tertarik dengan kebiasaan masyarakat di daerah tersebut. 
Untuk itu, tradisi serta kebudayaan seperti ini seharusnya terus dilestarikan agar setiap generasi dapat mengetahui kebudayaan dan tradisi berbagai daerah di Indonesia. 

by : http://estirahmattini.blogspot.com/2009/11/tradisi-ruwatan-rambut-gimbal-daerah.html

0 komentar:

Posting Komentar